Perkembangan teknologi survei batimetri terus membuka cara baru untuk memahami karakteristik badan air dengan lebih cepat dan aman. Salah satu inovasi yang kini banyak digunakan adalah UAV batimetri, metode survei kedalaman menggunakan drone yang dilengkapi dengan echosounder. Teknologi ini memungkinkan pemetaan dasar sungai tanpa harus mengirim perahu atau personel langsung ke permukaan air.
Survei Sungai dengan UAV
Pada praktiknya, survei dilakukan dengan menerbangkan drone di atas permukaan sungai yang telah ditentukan jalur terbangnya. Drone membawa sensor batimetri atau echo sounder yang mampu memancarkan gelombang akustik ke dasar sungai. Data pantulan dari dasar kemudian direkam dan diolah menjadi peta kedalaman (bathymetric map).
Dengan sistem dual-frequency echo sounder. survei ini mampu menembus lapisan air yang keruh dan mendeteksi sedimen hingga kedalaman sekitar 9 meter. Teknologi ini sangat efektif di perairan dangkal dengan akses terbatas, seperti aliran sungai sempit, area dengan vegetasi lebat, atau lokasi yang sulit dijangkau kapal.

Proses dan Hasil
Sebelum survei dimulai, jalur penerbangan drone direncanakan secara digital agar lintasan scanning data merata di seluruh area sungai. Setelah drone menyelesaikan misi, data kedalaman dan profil sedimen diunduh dan diproses untuk menghasilkan visualisasi permukaan dasar sungai yang detail.
Hasil survei UAV bathymetry mampu menampilkan perbedaan antara dasar keras dan lapisan sedimen yang menumpuk di atasnya. Informasi ini penting untuk berbagai kebutuhan, mulai dari pemeliharaan sungai, analisis sedimentasi, hingga perencanaan pekerjaan pengerukan (dredging).
Keunggulan UAV Bathymetry
Dibandingkan dengan metode konvensional, UAV bathymetry menawarkan sejumlah keunggulan utama:
-
Aman dan efisien – tidak perlu membawa perahu atau turun langsung ke air, sehingga risiko di lapangan berkurang.
-
Presisi tinggi – data kedalaman akurat meskipun kondisi air keruh atau memiliki vegetasi.
-
Cepat dan fleksibel – proses survei dapat dilakukan dalam waktu singkat dan mudah dipindahkan ke lokasi lain.
-
Ramah lingkungan – tidak menimbulkan gangguan pada habitat sungai karena operasi berlangsung di udara.
Studi Kasus di Knive River’s Limestone Quarry.
Detail Proyek
-
Hasil: Kedalaman kolam maksimum 30 kaki (30 ft) terdeteksi; sedimen padat (terkonsolidasi) teridentifikasi meskipun tingkat kekeruhan airnya tinggi.
-
Aplikasi: Bathymetry with UAV + LiDAR
-
Lokasi & tanggal: Texas, USA, May 2025
-
Hardware: DJI Matrice 350 RTK UAV, DJI Zenmuse L2 LiDAR, SPH Engineering Bathymetry Kit
-
Software: UgCS flight planning software, SkyHub onboard computer firmware
Kondisi Lapangan dan Tantangan
Area sungai yang menjadi lokasi survei memiliki tantangan tersendiri. Aliran air yang terus bergerak menyebabkan tingkat kekeruhan tinggi dengan banyak partikel halus tersuspensi di kolom air. Kondisi tebing yang curam membuat akses menggunakan perahu menjadi berisiko, sementara keberadaan rintangan bawah air serta aktivitas pompa aktif menambah potensi bahaya bagi tim survei.
Selain itu, vegetasi yang tumbuh rapat di sekitar tepi sungai membatasi akses dari darat. Dengan kondisi seperti ini, metode pengambilan data tanpa kontak langsung (non-contact survey) menjadi solusi ideal — memungkinkan pengumpulan data kedalaman dan profil sedimen tanpa terganggu oleh kondisi air yang keruh maupun hambatan fisik di lapangan.
Solusi
-
Platform UAV: DJI Matrice 350 RTK dengan penentuan posisi RTK untuk akurasi tinggi.
-
Payload 1 (Fase 1): DJI Zenmuse L2 LiDAR (kepadatan ≈ 400 titik/m², penerbangan 10 menit).
-
Payload 2 (Fase 2): Kit Batimetri berbasis drone dari SPH Engineering (200 kHz & 50 kHz).
-
Komputer Onboard: Firmware SkyHub untuk kontrol muatan (payload) dan pencatatan data (data logging).
-
Perangkat Lunak Perencanaan Misi: UgCS dengan jalur penerbangan kisi (grid) otomatis.
-
Alur Kerja: LiDAR untuk elevasi dan geometri kolam → Batimetri UAV untuk pemetaan kedalaman dan sedimen.

Hasil
Indikator Kinerja Utama (KPI)
-
Kedalaman Maksimum: Tiga puluh kaki (30 ft).
-
Deteksi Sedimen: Dasar yang padat (terkonsolidasi) berhasil diidentifikasi menggunakan frekuensi 50 kHz, meskipun kekeruhan air menghalangi sinyal 200 kHz (100% deteksi berbanding 0%$ pada frekuensi tinggi).
-
Waktu Survei: Satu penerbangan LiDAR (10 menit) + satu misi batimetri (20 menit). Total waktu kurang dari 1 jam (dibandingkan survei perahu yang memakan waktu berjam-jam).
-
Keselamatan: Nihil kontak dengan air (zero water entry) (dibandingkan penempatan perahu yang berisiko tinggi).



Pelajari tentang produk SPH Engineering yang disediakan oleh Oseanland Indonesia di sini
Solusi dari Oseanland Indonesia
Sebagai penyedia layanan survei termasuk hidrografi dan batimetri, Oseanland Indonesia menghadirkan teknologi UAV batimetri untuk berbagai kebutuhan pemetaan badan air di Indonesia. Dengan pengalaman di berbagai medan dan kondisi lapangan, Oseanland siap membantu klien mendapatkan data kedalaman dan sedimentasi sungai secara cepat, aman, dan akurat.
Hubungi Oseanland Indonesia segera!